Kamis, 18 Desember 2008









Analisis Mikroskopik Simplisia

Jamu adalah minuman yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Sekitar 80% penduduk Indonesia pernah menggunakan jamu. Jamu adalah produk ramuan bahan alam asli Indonesia yang digunakan untuk pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan penyakit, pemulihan kesehatan, kebugaran, dan kecantikan. Ramuan bahan alam ini merupakan warisan yang diturunkan oleh nenek moyang bangsa Indonesia, yang telah memiliki pengetahuan bagaimana memanfaatkan bahan alam untuk pengobatan, pemeliharaan kesehatan dan kecantikan. Seiring dengan perkembangan teknologi, budaya dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan, obat tradisional tidak hanya berupa jamu. Kini obat tradisional Indonesia terbagi atas jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka.
Untuk melindungi masyarakat dari hal-hal yang dapat merugikan atau mengganggu kesehatan, maka Pemerintah mengatur persyaratan keamanan, kemanfaatan dan mutu obat tradisional, melalui Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.661/MenKes/SK/VII/1994 tentang Persyaratan Obat Tradisional.
Sedangkan dalam hal penjaminan mutu obat tradisional mulai dari bahan awal, proses produksi, pengawasan mutu, bangunan, peralatan dan personalia yang menangani, pemerintah menerapkan Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik dengan dikeluarkannya Keputusan Kepala Badan POM No. HK.00.05.4.1380 tahun 2005 tentang CPOTB.
Bahan obat tradisional sebagaimana yang telah disebutkan di atas berasal dari bahan alam. Dalam farmasi, bahan tersebut dikenal sebagai simplisia yaitu bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan. Salah satu persyaratan agar simplisia ini dapat diolah menjadi obat tradisional, maka identitas dan kemurniannya harus dianalisis diantaranya melalui analisis makroskopik dan mikroskopik.
Berbicara tentang analisis mikroskopik, saya ingin mengajak anda untuk menyelami rahasia Alloh SWT yang terungkap melalui lensa pembesar. Analisis yang sederhana ini sangat membantu para produsen obat tradisional, peneliti dan mahasiswa dalam mengidentifikasi simplisia dan memastikan keaslian simplisia.
Dibawah ini adalah beberapa simplisia yang digunakan sebagai bahan obat tradisional dan dipelajari di laboratorium Farmakognosi Analisis Sekolah Farmasi ITB.




Setelah melihat di bawah mikroskop maka anda akan menemukan ciri khas dari masing-masing simplisia yang hanya dapat dirancang oleh Arsitek Alam, Alloh SWT. Ciri khas atau fragmen pengenal ini yang memudahkan kita untuk mengidentifikasinya.


Analisis Mikroskopik Simplisia
Jamu adalah minuman yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Sekitar 80% penduduk Indonesia pernah menggunakan jamu. Jamu adalah produk ramuan bahan alam asli Indonesia yang digunakan untuk pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan penyakit, pemulihan kesehatan, kebugaran, dan kecantikan. Ramuan bahan alam ini merupakan warisan yang diturunkan oleh nenek moyang bangsa Indonesia, yang telah memiliki pengetahuan bagaimana memanfaatkan bahan alam untuk pengobatan, pemeliharaan kesehatan dan kecantikan. Seiring dengan perkembangan teknologi, budaya dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan, obat tradisional tidak hanya berupa jamu. Kini obat tradisional Indonesia terbagi atas jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka.
Untuk melindungi masyarakat dari hal-hal yang dapat merugikan atau mengganggu kesehatan, maka Pemerintah mengatur persyaratan keamanan, kemanfaatan dan mutu obat tradisional, melalui Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.661/MenKes/SK/VII/1994 tentang Persyaratan Obat Tradisional.
Sedangkan dalam hal penjaminan mutu obat tradisional mulai dari bahan awal, proses produksi, pengawasan mutu, bangunan, peralatan dan personalia yang menangani, pemerintah menerapkan Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik dengan dikeluarkannya Keputusan Kepala Badan POM No. HK.00.05.4.1380 tahun 2005 tentang CPOTB.
Bahan obat tradisional sebagaimana yang telah disebutkan di atas berasal dari bahan alam. Dalam farmasi, bahan tersebut dikenal sebagai simplisia yaitu bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan. Salah satu persyaratan agar simplisia ini dapat diolah menjadi obat tradisional, maka identitas dan kemurniannya harus dianalisis diantaranya melalui analisis makroskopik dan mikroskopik.
Berbicara tentang analisis mikroskopik, saya ingin mengajak anda untuk menyelami rahasia Alloh SWT yang terungkap melalui lensa pembesar. Analisis yang sederhana ini sangat membantu para produsen obat tradisional, peneliti dan mahasiswa dalam mengidentifikasi simplisia dan memastikan keaslian simplisia.
Dibawah ini adalah beberapa simplisia yang digunakan sebagai bahan obat tradisional dan dipelajari di laboratorium Farmakognosi Analisis Sekolah Farmasi ITB.
Setelah melihat di bawah mikroskop maka anda akan menemukan ciri khas dari masing-masing simplisia yang hanya dapat dirancang oleh Arsitek Alam, Alloh SWT. Ciri khas atau fragmen pengenal ini yang memudahkan kita untuk mengidentifikasinya.
Ini adalah penampilan serbuk Guazumae folium di bawah mikroskop. Yang menjadi ciri khas simplisia ini adalah adanya rambut penutup yang berbentuk seperti bintang. Khasiat guazumae atau jati belanda adalah membantu menurunkan kelebihan lemak dan kolesterol. Salah satu produk yang terkenal adalah Prolipid yang diproduksi oleh PT. Indofarma.
Ini adalah simplisia Kina atau Chincona spp. Kulit kayu dari kina yang banyak tumbuh di Indonesia ini mengandung alkaloid-alkaloid yang berguna sebagai obat. Dua alkaloid yang sangat penting yaitu kinin untuk penyakit malaria dan kinidin untuk penyakit jantung. Ciri mikroskopik simplisia ini adalah serabut sklerenkim yang berwarna coklat terang.
Dan yang terakhir adalah Rhei radix. Tanaman yang terkenal dengan nama kelembak ini memiliki ciri khas mikroskopik berupa kristal kalsium oksalat berbentuk roset (yang berwarna hitam dan bentuknya kecil). Rheum palmatum, nama spesies dari kelembak ini berkhasiat sebagai purgatif/laksatif.
Begitulah sekilas profil mikroskopik tanaman obat Indonesia. Masih banyak lagi rahasia alam yang patut kita gali lagi untuk kemaslahatan dunia.
Ini adalah penampilan serbuk Guazumae folium di bawah mikroskop. Yang menjadi ciri khas simplisia ini adalah adanya rambut penutup yang berbentuk seperti bintang. Khasiat guazumae atau jati belanda adalah membantu menurunkan kelebihan lemak dan kolesterol. Salah satu produk yang terkenal adalah Prolipid yang diproduksi oleh PT. Indofarma.
Ini adalah simplisia Kina atau Chincona spp. Kulit kayu dari kina yang banyak tumbuh di Indonesia ini mengandung alkaloid-alkaloid yang berguna sebagai obat. Dua alkaloid yang sangat penting yaitu kinin untuk penyakit malaria dan kinidin untuk penyakit jantung. Ciri mikroskopik simplisia ini adalah serabut sklerenkim yang berwarna coklat terang.


Dan yang terakhir adalah Rhei radix. Tanaman yang terkenal dengan nama kelembak ini memiliki ciri khas mikroskopik berupa kristal kalsium oksalat berbentuk roset (yang berwarna hitam dan bentuknya kecil). Rheum palmatum, nama spesies dari kelembak ini berkhasiat sebagai purgatif/laksatif.
Begitulah sekilas profil mikroskopik tanaman obat Indonesia. Masih banyak lagi rahasia alam yang patut kita gali lagi untuk kemaslahatan dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar